LITTLE STORY 'BOUT LEADERSHIP II
Aung San Suu Kyi
Di tahun 1991, Aung San Suu Kyi telah
menghabiskan dua tahun sebagai tahanan rumah di Burma karena tuduhan “membahayakan
negara”. Di tahun yang sama, ia memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian. Seperti
Nelson Mandela, Suu Kyi adalah simbol kepahlawanan dan perjuangan damai.
Hingga usia 43 tahun, Suu Kyi hidup
tenang di Inggris sebagai ibu yag
bekerja secara profesional. Kehidupannya berubah secara dramatis di tahun 1988
ketika ia kembali ke tanah kelahirannya di Burma unutk mengunjungi ibunya yang
sakit. Kunjungan itu dilakukan ketika sedang terjadi pergolakan politik di
Burma. Polisi anti-huru-hara menembak mati ratusan demonstran di Ibukota
Rangoon (para demonstran telah memprotes represi dari pemerintah). Beberapa bulan
berikutnya polisi telah menewaskan 3.000 orang yang memprotes kebijakan
pemerintah.
Ketika ratusan dari ribuan demonstran
pro-demokrasi berkumpul di sebuah pagoda terkenal di Rangoon untuk melakukan
aksi protes, Suu Kyi pun angkat bicara. Dalam semalam, ia menjadi pemimpin
perjuangan kebebasan dan demokrasi di Burma. Sekarang, ia adalah pemimpin yang
paling populer dan berpengaruh di
negaranya meskipun ia tidak pernah menduduki jabatan politik apapun.
Apa yang membuat perempuan ini, yang
tadinya hidup tenang dan damai, mau mengambil resiko dengan menentang
pemerintah yang menindas? Apa yang menjadikannya bagai magnet untuk menarik
dukungan sosial? Sebagaimanapun mengesankannya Aung San Suu Kyi sebagai seorang
pemimpin populis, tidaklah mungkin untuk memahami efektivitas kepemimpinannya
hanya dari satu sisi, yaitu karakteristik personalnya. Tidak mungkin juga kita
dapat memahaminya tanpa malihat sisi pengikutnya-masyarakat Burma. Posisinya yang
naik dengan cepat menjadi pemimpin perjuangan demokrasi dan kebebasan di Burma
haruslah di pahami terkait dengan ikatan hidup yang ia wakili, yaitu pahlawan
modern terbesar negara tersebut-ayahnya. Ayahnya bagaikan sosok George
Washington yang dalam konteks ini merupakan pendiri tentara Burma di tahun 1941
dan kemudian berhasil melakukan transisi dari kepemimpinan militer ke
kepemimpinan politis. Di puncak pengaruhnya ketika ia dipilih banyak orang
untuk menjadi presiden Burma pertama, ia dibunuh. Suu Kyi saat itu berusia 2
tahun. Kisah dan prinsip-prinsip hidup ayahnya tidak hanya membentuk hidup Suu
Kyi, namun hidup dan kenangan akan ayahnya telah menciptakan sebuah kesiapan di
antara masyarakat Burma ketika Suu Kyi mengambil alih tampuk kekuasaan ayahnya.
Sumber: Hughes,
Ginnet, Curphy, Leadership: Enhancing the
Lesson of Experience, 7th ed. (Leadersip Memperkaya Pelajaran dari Pengalaman,
Edisi 7), Salemba Humanika, Jakarta, 2012.
Komentar
Posting Komentar